MARQUEE PLAYER, PENTING TAPI JUGA TIDAK PENTING

Beberapa hari yang lalu publik sepakbola indonesia di kejutkan oleh berita transfer persib bandung, yang secara tiba2 mendatangkan pemain kelas dunia, ya!! Dia adalah michael essien, pemain yang sudah malang melintang di liga top eropa, mulai bermain di olimpique lyon, lalu menjadi bintang di chelsea dan sempat bermain untuk ac milan dan real madrid, pemain yang kini berusia 34 tahun tersebut menjadi pemain dengan nilai termahal di indonesia saat ini, dengan kisaran harga 8 hingga 11milyar, memang harga yang sangat fantastis untuk ukuran liga indonesia.

Setelah datangnya essien di maung bandung PT Liga Indonesia Baru pun merilis regulasi untuk kompetisi tertinggi negeri ini, yang awalnya hanya memperbolehkan tim merekrut 3 pemain asing yaitu 2 bebas + 1 asia, maka regulasi terbaru pun berubah dengan di perboleh kannya memakai pemain asing ke empat yang berstatus marquee player, dan mulai saat itulah klub2 liga 1 mulai "berbicara" soal marquee player, bahkan ada pula yang sudah di kait2kan seperti bali united yang di kaitkan dengan emanuel adebayor, persija dengan bek sayap AS Roma Maicon Sisenando, dan juga arema fc yang di kaitkan dengan diego forlan.
Namun, perlukah peraturan marquee player ini di terapkan di indonesia?
Memang dalam segi bisnis mendatangkan seorang pemain kelas dunia bisa menaikkan omset penjualan merchandise , bisa juga mendatangkan sponsor karena nama besar sang pemain dan dari segi penjualan tiket bisa juga bertambah karena ada yang ingin melihat seorang pemain dunia secara langsung, dan sudah barang tentu dengan datangnya pemain kelas dunia bisa meningkatkan popularitas klub tersebut, karena tidak hanya menjadi sorotan media dalam negeri namun juga media asing dunia.
Namun apakah semudah itu mendapatkan keuntungan dari marquee player? Tentu saja tidak!
Sebuah klub harus benar2 jeli untuk mendatangkan marquee player, karena jika asal ambil bisa merugikan tim itu sendiri, sebagai contoh pemain itu memiliki riwayat cedera serius dan sering kambuh dan sudah di kontrak dengan harga mahal, maka ketika dia kambuh cederanya tentu tidak bisa bermain sehingga tidak berkontribusi bagi klub, jadi klub pun seperti hanya membuang uang dengan sia2, dan masih banyak kerugian lain jika tidak teliti ambil pemain.
Memang tidak semua klub mau dan bisa mendatangkan marquee player, karena dana yang tidak sedikit yang harus di keluarkan untuk mendatangkan marquee player, sedangkan industri sepakbola indonesia belum se maju liga eropa bahkan liga tetangga seperti thailand, mungkin juga lebih baik jika klub2 yang mempunyai "uang lebih" jangan dulu mendatangkan marquee player hanya karena popularitas dan gengsi semata, alangkah baiknya jika uang tersebut di maksimalkan, seperti di gunakan untuk membangun fasilitas penunjang klub agar lebih baik lagi, dan juga bisa memiliki fasilitas sendiri (tidak numpang/menyewa), karena notabene klub2 liga indonesia masih kurang dalam fasilitas, kurang memadai dan banyak juga yang belum memiliki fasilitas pendukung.
Bisa juga uang lebih tersebut untuk membiayai akademi klub agar bisa menghasilkan bakat2 luar biasa yang nantinya bisa di maksimalkan.
So, apakah arema juga berminat mendatangkan marquee player?
Biarkan manajemen yang menjawab.

Comments

Popular Posts